Evakuasi korban Sukhoi sudah berakhir. Pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan tim khusus yang dikirim dari Rusia sudah ditarik pulang.
Berakhirnya misi pencarian korban dan serpihan pesawat itu berlaku efektif 21 Mei 2012. Hari ke-12 sesudah pesawat itu menghantam tebing Gunung Salak Rabu 9 Mei 2012.
Hingga misi ini berakhir, Flight Data Recorder (FDR) tidak kunjung ditemukan. Setidaknya begitu penjelasan Tim SAR. Padahal tim sudah bekerja sangat keras. Radius satu kilometer dari dinding maut Gunung Salak itu sudah disisir habis. Beberapa hari belakangan, tim pencarian memang fokus mencari FDR itu. “Jadi operasi pencarian FDR ini dinyatakan ditutup,” kata Kepala Basarnas, Marsekal Madya Daryatmo, di Pasir Pogor, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Senin 21 Mei 2012. Semua tim ditarik dari gunung itu.
Operasi berhenti tanpa FDR kemudian menimbulkan sak wasangka. Ada yang menduga bahwa alat itu sudah ditangan tim Rusia. Alat FDR itu merupakan bagian dari black box, yang diharapkan bisa mengungkap sebab musabab kecelakaan maut ini. Spekulasi berkembang bahwa Rusia, yang sedang membangun industri penerbangan sipil, sangat berkepentingan dengan alat itu.
Tapi sak wasangka itu sudah dibantah keras Basarnas. Tim Rusia memang terjun juga ke Gunung Salak. Tapi, "Mereka juga tidak menemukan FDR itu," kata Direktur Operasional Basarnas, Sunarbowo kepada VIVAnews, Senin 21 Mei 2012.
Tim Rusia tidak mungkin menyembunyikan alat itu. Sebab, kata Sunarbowo, tim yang datang dengan pesawat khusus itu bekerja di bawah pengawasan tim khusus Indonesia. "Kalau mau bergerak mereka minta bantuan kita," tutur Sunarbowo. Basarnas meminta publik agar tidak menaruh curiga dengan tim Rusia. "Itu dugaan yang berlebihan. Karena setiap apa yang mereka kerjakan, selalu kami kawal."
Operasi pencarian FDR ini dihentikan, kata Sunarbowo, karena tugas Basarnas telah selesai. Basarnas, tambahnya, hanya bertugas mengevakuasi para korban Sukhoi. Sementara, FDR menjadi kewenangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Itu sebabnya, meski operasi dihentikan, Basarnas tetap mempersilakan KNKT mendaki Gunung Salak itu, untuk mencari FDR yang diperlukan untuk proses penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat. "Mungkin nanti akan dibantu oleh polisi atau aparat setempat," kata Sunarbowo.
Meski tidak menemukan FDR itu, tim pencari sesungguhnya sudah bekerja keras. Semua jenazah sudah dievakuasi. Sudah pula diidentifikasi. Bahkan lebih cepat dari yang direncanakan. Kerja keras yang patut dipuji.
Selain evakuasi para korban itu, tim SAR menemukan serpihan-serpihan lain dari pesawat nahas bikinan Rusia itu. Mereka juga sudah menemukan Emergency Locater Transmitter (ELT), sejumlah dokumen, dan sebuah parasut yang masih terikat dengan kencang.
Komandan Resimen Militer (Danrem) Surya Kencana 061, Bogor, Kolonel Infantri AM Putranto memastikan bahwa parasut itu sama sekali tidak dipakai. "Masih terikat kencang. Jadi sama sekali belum digunakan,”katanya.
Sebelumnya, soal parasut itu memang menerbitkan banyak pertanyaan, yang bisa berujung pada sak wasangka pula. Ada yang menduga bahwa si pilot—yang lama menerbangkan pesawat tempur Sukhoi itu – sempat melompat sebelum pesawat menghantam dinding gunung.
Dugaan itu dibantah keras. Sebab itu pesawat sipil. Tak punya kursi pelontar. Lagi pula tak ada jendela di samping pilot. Bagaimana dan lewat mana dia melompat keluar dari pesawat.
Source: vivanews
0 Komentar:
Post a Comment
Thank's tuk smua comment-nya....:)