Tubuhnya dibungkus gaun rancangan Channel. Stocking hitam. Sepatu bertumit tinggi. Di sebelahnya, ada seorang presenter ternama AS, Barbara Walters. Ini wawancara top ABC News untuk artis kondang.
Stefani alias Lady Gaga sedang melesat bak komet di jagad musik pop Amerika Serikat. Media tak henti menyorot ulahnya. Namanya tenar ke sekujur bumi. Sejak awal, dia bergulat menjadi selebritas, seperti diucapkannya dua tahun silam di acara televisi itu, “Saya memiliki mimpi ini, dan saya sangat ingin menjadi seorang bintang”.
Lahir pada 28 Maret 1986, perempuan yang tepi matanya selalu bercelak tebal itu, memang akhirnya berhasil menarik banyak pemuja. Setiap kali tampil, seluruh isi panggung seperti terhisap oleh sang Lady. Musiknya menghentak. Gaya pakaiannya super nyentrik. Liriknya menggoda, seperti "Bad Romance," yang kerap dinyanyikan bak mantra oleh pemujanya:
Ra ra ah ah ah ah,
Roma roma ma ma,
Ga ga oh la la,
Want your bad romance!
Kini, Lady Gaga melejit. Pada 2010, TIME mencatat namanya sebagai 100 orang paling berpengaruh di muka bumi. Dia sejajar Barack Obama, dan begawan Apple, Steve Jobs. Forbes bahkan mencatatnya sebagai selebritas top mengalahkan presenter kondang Oprah Winfrey.
Albumnya terjual laris, nyaris 23 juta kopi di seluruh dunia. Dia menyabet lima penghargaan Grammy Awards, dan 13 MTV Video Music Awards. Pemujanya juga menggila.
Di dunia maya, semisal Facebook, lebih dari 50 juta orang mengkuti akun Lady Gaga. Pelantun ‘Poker Face’ itu bahkan menembus rekor follower di situs microblogging Twitter. Ia tercatat sebagai akun pertama berpengikut 20 juta. Itu membuatnya pernah berangan-angan tentang sebuah “Negara Twitter”.
Daging mentah
Seperti berkejaran dengan popularitas, penyanyi berdarah Italia ini kerap tampil kontroversial. Dia akrab dengan sensasi. Kostum panggungnya seperti sebuah pernyataan sikap: berontak dari kemapanan. Dia eksentrik, dan kadang vulgar. Dia, misalkan, memakai busana berbahan daging mentah di acara MTV Video Music Awards 2010.
Tentu, busana “agak gila” itu diprotes organisasi penyayang binatang (People for the Ethical Treatment of Animals /PETA). Pendiri PETA, Ingrid Newkirk menyebut, ulah Gaga sebagai bentuk ofensif bagi gerakan pencinta hewan.
Dia dikritik bukan hanya soal penampilan. Lirik lagunya kerap mengundang perkara. Sebut saja, lagu terbaru berjudul ‘Born This Way’. Seperti dilansir dari laman BBC.co.uk, lagu itu disensor di Malaysia. Di sana, stasiun radio memutar lagu ‘Born This Way’ yang telah diedit. Alasannya, lagu itu berlirik dukungan terhadap seks sesama jenis.
Di Libanon, lagu ‘Born This Way’ juga dilarang penguasa setempat. Alasannya, menghina agama Kristen. Sebelumnya, lagu ‘Judas’ di album itu juga dicekal di radio-radio Libanon. Kelompok Katolik setempat menolak lagu itu mampir ke telinga umat.
Tak hanya di Libanon, ‘Judas’ juga dilarang di China. Dia masuk daftar 100 lagu yang harus dihapus dari situs pengunduh musik di negeri panda itu. Pemerintah China menyatakan peraturan itu dibuat agar budaya China tetap lestari.
Dari menolak lagu, protes juga menjalar ke konser. Di Korea Selatan, warga Kristen setempat menyerukan pembatalan konser Lady Gaga yang digelar di Olympic Stadium, Seoul, 27 April 2012. Kata mereka, penampilan Lady Gaga termasuk pornografi, dan menyuarakan homoseksualitas.
"Beberapa orang dapat menerima hal ini sebagai budaya lain, tapi dampaknya sangat besar melebihi seni dan merendahkan nilai agama. Bahkan orang dewasa tidak bisa melihat penampilan yang terlalu homoseksual dan porno," ujar Yoon Jung-hoon, seorang pendeta yang mengorganisir aksi 'Civilians Network Against the Lady Gaga Concert' seperti dilansir dari laman Reuters.
Kuatnya tekanan publik, membuat pemerintah Korea Selatan mencari jalan tengah: konser boleh jalan, tapi khusus bagi mereka yang di atas 18 tahun. Di Filipina, konser Lady Gaga juga ditolak. Rencananya, Gaga manggung di Manlia selama dua malam, 21 dan 22 Mei 2012, di SM Arena. Tapi kelompok Katolik di Filipina, Biblemode Youth Philippines, sudah lebiih dulu pasang kuda-kuda.
Mereka menggelar doa bersama menolak kedatangan “Mother Monster”, julukan beken Lady Gaga. Sang artis, kata kelompok itu, adalah seniman absurd anti Kristus. "Lady Gaga memakai simbol dan lirik yang menghina Tuhan," kata Pastor Reyzel Cayanan, seperti dikutip ABS CBN Kamis, 17 Mei 2012. Yang bikin merah telinga kelompok ini, salah satunya adalah lagu 'Judas'. Liriknya dianggap menghina Kristus secara langsung.
Tapi belum terdengar kabar apakah konser Lady Gaga bakal batal di Manila. Promotor konser, Renen de Guia, tampaknya bergeming. Dia menolak tuduhan sengit kelompok agama. Kontroversi dalam seni, kata Renen, adalah hal biasa. "Lagipula yang mengkritik Lady Gaga bukanlah orang-orang yang akan menonton konsernya," ujarnya.
Gagal di Jakarta?
Lady Gaga sedianya akan tampil di Jakarta, pada 3 Juni 2012. Tapi acara itu berhadapan dengan reaksi yang sama dengan negara tetangga. Sekelompok warga di Jakarta menolaknya, terutama Front Pembela Islam (FPI). Ketua FPI DKI Jakarta Habib Salim Al-Athas menilai, kehadiran Lady Gaga akan merusak aqidah dan akhlak bangsa. Jika konser jadi digelar, ia mengancam membawa ribuan massa FPI dan umat Islam ke Bandara Soekarno Hatta memboikot kedatangan sang penyanyi.
“Kita harap anak-anak muda mengintrospeksi diri supaya tidak terpengaruh ajaran-ajaran setan yang merusak moral anak bangsa,” ujar lelaki yang kerap disapa Habib Selon ini.Meski tidak mengeluarkan fatwa, para ulama di Majelis Ulama Indonesia (MUI) sepakat konser Lady Gaga haram. “Kesimpulan rapat, keharaman Lady Gaga sudah terang benderang. Seperti haramnya babi atau minuman keras. Tidak perlu difatwakan, anak SMP juga tahu babi haram,” ujar Ketua MUI, Cholil Ridwan kepada VIVAnews.
Meski begitu, Cholil mengingatkan bukan wewenang MUI menolak konser. Lembaganya hanya bertugas menyadarkan umat. “Kalau umatnya yang diingatkan nggak mau sadar, ya tanggung sendiri dosanya,” ujarnya.
Suara serupa juga muncul dari gereja. Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Edy Purwanto mengungkapkan, bukan tugasnya menolak atau menyetujui konser Lady Gaga. Pihaknya melihat hal lain lebih esensial.
Sebelum menyatakan menolak atau membolehkan, kata Romo Edy, hendaknya masyarakat dibekali edukasi dan informasi. Juga pertimbangan bagi pemerintah. “Banyak hal, salah satunya menuntut mereka lebih bijaksana dan selektif memilih siapa yang konser di sini. Wilayah kami, adalah edukasi masyarakat dan umat,” ujarnya.
Ketua Umum NU, KH Said Aqil Siraj tak jauh-jauh dari sikap agamawan lain. "Kalau memang diindikasi akan merusak moral, sebaiknya tidak," ujar KH Said Aqil Siraj.
Berbagai masukan itu tampaknya membuat Polda Metro Jaya menerbitkan rekomendasi penolakan konser Lady Gaga. Selain pendapat MUI, polisi juga mempertimbangkan pendapat beberapa fraksi di DPR, bahwa konser Lady Gaga terlalu vulgar, dan tidak mendidik. Juga pandangan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia, bahwa ulah Lady Gaga tidak sesuai adat ketimuran, dan tak cocok masuk ke Indonesia.
“Dengan demikian, konser Lady Gaga fixed dibatalkan, mengingat faktor sosial budaya yang berdampak pada faktor keamanan," kata Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto. Mabes Polri pun belum memberikan izin terhadap konser Lady Gaga.
Masih mungkin?
Tentu yang kelabakan adalah pengundang Lady Gaga ke Jakarta. Presiden Direktur PT Java Prima Kreasi, Michael Rusli, atau dikenal sebagai promotor Big Daddy, masih berharap konser penyanyi asal Amerika Serikat itu tak dibatalkan. Berapa kerugian dari pembatalan itu belum lagi dihitung.
Michael pantas agak risau. Soalnya, untuk persiapan konser, dia akan mendatangkan grass covering dari Jerman. Penutup rumput itu akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, agar rumput tak rusak saat pemuja sang Lady berjingkrak di konser yang direncanakan spektakuler itu. "Kami harus bicara, kerugian itu bukan hanya dari kami saja. Tapi dari kontrak, artis, manajemen, juga akan terkena kerugian," kata Michael, Selasa, 15 Mei 2012.
Dia mencontohkan, jika konser tak dapat izin, maka akan ada jalan penyelesaian tersendiri dari semua pihak itu. "Sekarang masih proses dan dialog, dengan sejumlah pihak. Mulai dari artis manajemen, promotor keamanan dan lainnya," ujarnya.
Soal persiapan konser Lady Gaga, Big Daddy sebetulnya sudah mengantongi surat izin dari Departemen Pariwisata. Izin itu, kata Michael, keluar beberapa pekan lalu. Dia juga tak menampik jika Lady Gaga artis kontroversial. Meski ditolak, toh sebanyak 44.000 tiket ludes terjual. “Kontroversi, itulah yang membuat Lady Gaga jadi terkenal,” katanya.
Soal dialog, kata Michael, juga termasuk perkara kostum Lady Gaga yang diributkan banyak pihak. Manajemen Gaga, kata Michael, telah menyatakan sang artis akan menyesuaikan dengan budaya di negara berlangsungnya konser. “Mereka sudah tahu bahwa Indonesia akan lebih spesial untuk kostum. Pasti berbeda dengan kostum saat tampil di Eropa dan Asia,” ujar Michael, yang pernah sukses mementaskan Linkin Park, Roxette, dan Rod Stewart di Jakarta ini.
Pengamat musik Bens Leo menilai, polisi mestinya sudah mengantisipasi sejak awal dampak rencana konser Lady Gaga. Pembatalan mendadak, ujar dia, justru akan mencemarkan nama baik Indonesia . “Sejak awal penjualan tiket, Polri seharusnya sudah menghentikan itu kalau mereka tidak memberikan izin,” ujar Bens Leo.
Dia menyarankan promotor dan kepolisian harus berembuk dan melakukan klarifikasi. Mereka harus menjelaskan alasan konser Lady Gaga dibatalkan. “Dijelaskan juga sistem pengembalian tiket. Kalau ada jalan keluar dan konser tetap dijalankan, hendaknya panitia menjamin konser aman, dan pakaian tidak sesuai dengan video klip. Jangan digantung sampai mendekati 3 Juni,” ujarnya.
Agaknya ribut-ribut soal pentas Lady Gaga ini sampai juga ke telinga Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto. Soalnya, dua pekan terakhir, ada kesan polisi seakan lemah, dan mengabulkan begitu saja desakan sejumlah ormas membatalkan konser.
"Kejadiannya tidak seperti itu. Kemarin, bahkan hari ini saya berkomunikasi terus dengan Kapolri. Kepolisian masih mengevaluasi dan menganalisa semua pendapat di masyarakat," ujar Djoko Suyanto di NTB, Jumat 18 Mei 2012.
Evaluasi dan analisa itu, kata Djoko, menimbang soal keamanan, kenyamanan, dan kepuasan masyarakat. Tentu, kata Djoko, pertimbangan itu tetap melihat azas demokrasi, terutama kontroversi rencana konser Lady Gaga bertajuk 'The Born This Way Ball' itu. "Kita juga harus mengkompromikannya dengan pihak event organizer (EO) atau dengan manajemen artis yang didatangkan dari luar negeri," ujarnya.
Kompromi itu bisa beragam sisi. Misalnya, koreografi, tata panggung, dan penampilan Gaga disesuaikan. Juga soal lirik lagu-lagu yang akan dia nyanyikan. Semua aspek itu diminta disesuaikan kondisi dan budaya di Indonesia sehingga tidak memantik pro kontra. Apalagi persepsi bahwa negara ini tak punya toleransi bagi budaya luar.
Jadi, polisi masih berembuk dengan promotor konser, untuk mencari kata sepakat. "Harapannya, mereka yang pro dapat menikmati apa yang mereka harapkan sesuai kondisi Indonesia," ujar Djoko.
Mungkin itu kabar baik bagi pemuja Gaga.
Ra ra ah ah ah ah,
Roma roma ma ma,
Ga ga oh la la
Source: (np) vivanews
0 Komentar:
Post a Comment
Thank's tuk smua comment-nya....:)